Semua yang Perlu Anda Ketahui tentang Kantong Empedu dan Batu Empedu 2025
Ditulis oleh: TheCRCS
January 13, 2025
Ditulis oleh: Dr. Ronnie Mathew, Konsultan Senior Bedah, CRCS
Apa itu Kantong Empedu dan apa fungsinya?
Kantong empedu adalah organ kecil seperti buah pir yang terletak di sisi kanan atas perut. Anggaplah kantong empedu Anda sebagai tempat penyimpanan kecil untuk empedu, cairan pencernaan yang diproduksi oleh hati. Ketika makanan dimakan, perut melepaskan hormon yang menyebabkan kantong empedu berkontraksi dan mengalirkan cairan empedu ke usus kecil. Kemudian, cairan empedu akan membantu dalam memecah lemak dalam makanan.
Apa itu Batu Empedu, dan mengapa bisa muncul?
Batu empedu adalah endapan kecil dan keras yang terbentuk di dalam kantong empedu Anda. Ukurannya bisa bervariasi, mulai dari sebesar butiran pasir hingga bola golf. Batu-batu ini terbentuk ketika terlalu banyak kandungan kolesterol, garam empedu, atau bilirubin dalam cairan empedu. Ketika ini terjadi, zat berlebih tersebut akan mengeras menjadi batu. Batu empedu biasanya tidak berbahaya, tetapi terkadang dapat menghalangi aliran cairan empedu dan menyebabkan nyeri, mual, peradangan/infeksi, serta komplikasi lainnya.
Batu empedu adalah endapan cairan pencernaan yang mengeras di dalam kantong empedu, yang terkadang dapat menyebabkan nyeri atau bahkan tanpa gejala apa pun.
Siapa saja yang berisiko terkena Batu Empedu?
Secara umum, beberapa orang lebih berpotensi mengalami batu empedu:
Usia: seiring bertambahnya usia, risiko Anda terkena batu empedu pun meningkat. Pria lebih mungkin mengalaminya setelah usia 60 tahun, sementara wanita lebih rentan saat memasuki usia antara 20 dan 50 tahun.
Jenis kelamin: Wanita lebih berisiko memiliki batu empedu daripada pria karena kadar hormon estrogen mereka yang secara alami lebih tinggi. Estrogen dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam empedu, dan hormon lain, yaitu progesteron, dapat memperlambat proses pengosongan kantong empedu.
Berat badan: kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama. Lemak tubuh melepaskan estrogen yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam cairan empedu. Penurunan berat badan yang cepat juga dapat memicu batu empedu karena secara bersamaan membuang banyak kolesterol ke dalam empedu.
Genetik: jika keluarga Anda memiliki riwayat batu empedu, Anda juga lebih mungkin untuk mengalaminya.
Hormon: perubahan hormonal, seperti yang disebabkan oleh kehamilan, terapi penggantian hormon, atau pil KB, dapat meningkatkan risiko batu empedu karena meningkatnya kadar estrogen.
Obat penurun kolesterol: meskipun obat ini dapat menurunkan kolesterol dalam darah, mereka dapat meningkatkan kolesterol dalam cairan empedu, sehingga menyebabkan risiko batu empedu yang lebih tinggi.
Diabetes: penderita diabetes seringkali memiliki kadar asam lemak tinggi yang disebut trigliserida, yang dapat berkontribusi pada pembentukan batu empedu.
Pola makan dan gaya hidup: mengonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol, dan rendah serat, serta gaya hidup sedentary (tidak banyak bergerak), dapat meningkatkan risiko batu empedu.
Apakah Batu Empedu bisa dicegah sejak dini?
Ada beberapa bukti bahwa gaya hidup sehat, aktivitas fisik yang teratur, dan berat badan ideal dapat mencegah pembentukan batu kolesterol dan batu empedu bergejala. Namun, bukti untuk rekomendasi ini masih tidak terlalu kuat.
Obat-obatan yang mengandung asam Ursodeoksikolat mungkin berguna dalam mencegah pasien dengan risiko tinggi (misalnya, pasien obesitas morbid yang mengalami penurunan berat badan dengan cepat setelah menjalani operasi bariatrik, yaitu operasi penurunan berat badan) dari pembentukan batu empedu. Namun, penelitian menunjukkan bahwa asam Ursodeoksikolat tidak mengurangi gejala empedu setelah batu terbentuk.
Apa saja gejala dari Batu Empedu?
Mayoritas penderita batu empedu bahkan tidak tahu mereka memilikinya karena tidak selalu menimbulkan gejala. Namun, jika batu empedu tersangkut di saluran empedu, ia dapat menyebabkan nyeri mendadak dan parah di bagian kanan atas perut Anda. Nyeri ini dikenal sebagai kolik bilier. Jika penyumbatan tidak segera ditangani, ia dapat menyebabkan masalah serius, seperti infeksi atau peradangan kantong empedu.
Jika cairan empedu tidak mengalir dengan baik, kondisi ini dapat memicu:
Penyakit kuning (jaundice)
Urine berwarna gelap
Tinja berwarna terang
Apa saja pilihan pengobatan untuk mengatasi Batu Empedu?
Batu empedu yang tidak menimbulkan gejala atau masalah
Pada sebagian besar orang, batu empedu tidak menimbulkan gejala apa pun. Dalam kasus seperti itu, tidak diperlukan pengobatan khusus selain pengendalian pola makan secara umum serta pengobatan sumber penyebab yang memicu pembentukan batu empedu.
Batu empedu yang menimbulkan gejala dan komplikasi
Batu empedu dapat menyebabkan:
Kolik bilier
Infeksi/peradangan kantong empedu
Jaundice obstruktif (penyakit kuning akibat penyumbatan)
Masing-masing kondisi tersebut memerlukan pengobatan khusus. Misalnya, obat pereda nyeri untuk gejala nyeri, antibiotik untuk infeksi/peradangan, pembersihan saluran empedu ketika ada jaundice obstruktif, pengosongan kantong empedu dalam kondisi tertentu, pengobatan khusus untuk pankreatitis, operasi untuk mengatasi penyumbatan usus akibat batu empedu, dll.. Ini hanyalah saran umum, dan biasanya memerlukan kombinasi strategi pengobatan.
Selain itu, biasanya juga diperlukan pengangkatan kantong empedu (Kolesistektomi). Kolesistektomi adalah pengobatan yang paling umum untuk batu empedu. Prosedur ini dilakukan dengan operasi minimal invasif. Kantong empedu bukanlah organ yang esensial, sehingga orang dapat hidup normal meskipun tidak memilikinya.
Perawatan medis atau gelombang kejut (disebut juga lithotripsy) dapat dipertimbangkan untuk memecah batu empedu, tetapi mungkin kurang efektif.
Adakah kondisi lain yang mungkin memiliki gejala yang serupa dengan Batu Empedu?
Beberapa kondisi lain yang menyerupai gejala batu empedu, di antaranya:
Ketidaknyamanan yang tidak jelas pada perut
Distensi perut
Mual
Perut kembung
Intoleransi terhadap lemak juga dapat disebabkan oleh:
Terkadang, kondisi tersebut dapat tumpang tindih. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis dan melakukan penilaian secara detail. Pemeriksaan biasanya diperlukan untuk mendiagnosis masalah terkait kantong empedu/batu empedu dan juga untuk mengeliminasi kondisi lainnya.
Pemeriksaan apa saja yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis masalah terkait Batu Empedu?
Ultrasonografi (USG) adalah salah satu cara terbaik untuk mengidentifikasi keberadaan batu, dengan sensitivitas sekitar 90-95%:
Terkadang, batu tidak bergerak, sehingga tidak mudah untuk dibedakan dari polip yang tidak penting, dan batu yang sangat kecil mungkin terlewatkan atau gagal menghasilkan bayangan akustik yang membantu.
USG juga memungkinkan pengukuran diameter saluran empedu umum (CBD) dan menunjukkan posisi organ hati serta saluran empedu hati. Namun, USG hanya dapat mengidentifikasi secara pasti sekitar setengah dari setiap batu di CBD.
Jika temuan USG negatif, tetapi ada dugaan yang tinggi, seperti pada pasien dengan nyeri perut bagian atas dan LFT abnormal, ada baiknya mengulangi pemeriksaan dengan jeda waktu. Ini mungkin dapat menemukan batu yang sebelumnya terlewatkan.
MRI scan (magnetic resonance cholangiopancreatography) bisa dipakai ketika dibutuhkan klarifikasi lebih lanjut.
Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) dapat digunakan untuk mendiagnosis batu saluran empedu dan juga telah berkembang dari yang awalnya prosedur diagnostik, menjadi prosedur terapeutik, untuk mengangkat batu.
Tes darah (menilai tanda infeksi, kadar bilirubin, enzim hati, dan amilase/lipase untuk menilai pankreatitis), Urinalisis, Rontgen Dada (CXR), Elektrokardiogram (EKG), OGD/Endoskopi, dan Kolonoskopi, dapat membantu menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Di CRCS, kami menyediakan penilaian dari ahli, diagnosis, dan pengobatan untuk membantu memulihkan kesehatan Anda.
Jika Anda memiliki pertanyaan terkait Kantong Empedu atau Batu Empedu, hubungikami sekarang untuk mendapatkan jawabannya.
Penting: harap diperhatikan bahwa informasi yang diberikan di sini tidak bersifat spesifik dan dimaksudkan hanya untuk wawasan umum. Informasi ini bukanlah panduan penanganan atau pengobatan kondisi apa pun dan tidak menggantikan informasi dari tenaga kesehatan profesional. Silakan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional untuk informasi dan panduan lebih lanjut.
Khan HN, Harrison M, Bassett EE, et al; A 10-Year Follow-up of a Longitudinal Study of Gallstone Prevalence at Necropsy in South East England. Dig Dis Sci. 2009 Jan 22.
Shojaiefard A, Esmaeilzadeh M, Ghafouri A, et al; Various techniques for the surgical treatment of common bile duct stones: a meta review. Gastroenterol Res Pract. 2009;2009:840208. Epub 2009 Aug 6.
Sakorafas GH, Milingos D, Peros G; Asymptomatic cholelithiasis: is cholecystectomy really needed? A critical reappraisal 15 years after the introduction of laparoscopic cholecystectomy. Dig Dis Sci. 2007 May;52(5):1313-25. Epub 2007 Mar 28.
Machado FHF, Castro Filho HF, Babadopulos RFAL, et al; Ursodeoxycholic acid in the prevention of gallstones in patients subjected to Roux-en-Y gastric bypass1. Acta Cir Bras. 2019 Feb 14;34(1):e20190010000009. doi: 10.1590/s0102-865020190010000009.