3 Mount Elizabeth, #14-15, Mount Elizabeth Medical Centre, Singapore 228510

Inkontinensia Tinja

Inkontinensia Tinja

Apa itu inkontinensia tinja?

Inkontinensia tinja, atau juga dikenal sebagai inkontinensia feses atau inkontinensia usus, adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat mengontrol buang air besar. Kontrol buang air besar bergantung pada kerja sama yang terkoordinasi antara otot-otot dan saraf-saraf tertentu, yang mencakup:
  • Otot: sfingter anus dalam dan luar, bersama dengan otot puborektalis, berperan penting dalam menjaga anus tetap tertutup dan mengontrol buang air besar. Sfingter dalam bekerja secara otomatis (tidak dapat dikendalikan secara sadar), sedangkan sfingter luar dan otot puborektalis dapat dikendalikan secara sadar (dapat dikencangkan sesuai kebutuhan).
  • Saraf: saraf pudendal dan panggul mengirimkan sinyal ke otot-otot ini, memberitahu kapan harus berkontraksi atau kapan harus rileks. Saraf-saraf ini juga memberikan sinyal ke otak tentang apakah rektum sudah penuh dan apakah sudah waktunya untuk pergi ke kamar mandi.
  • Kerusakan atau pelemahan pada otot-otot atau saraf-saraf ini dapat menyebabkan inkontinensia tinja. Ini berarti Anda mungkin mengalami kesulitan untuk menahan keluarnya tinja, merasakan dorongan yang mendesak untuk buang air besar, atau mengalami kebocoran tinja tanpa sadar. Akibatnya, hal ini dapat menyebabkan kebocoran tinja secara tidak sengaja dari dubur.
    Tingkat keparahan inkontinensia tinja dapat bervariasi, mulai dari kebocoran kecil hingga kehilangan kendali sepenuhnya atas buang air besar. Beberapa orang mungkin merasakan dorongan buang air besar, tetapi tidak dapat menahannya sampai mereka sampai di toilet, sementara yang lain mungkin tidak merasakan dorongan sama sekali dan mengeluarkan tinja tanpa menyadarinya.
    Fisura Anus
    Cedera pada otot-otot sfingter anus dapat mengganggu kemampuan seseorang dalam mengontrol buang air besar.

    Apa saja penyebab inkontinensia tinja?

    Ada beberapa alasan mengapa inkontinensia tinja bisa terjadi, terutama yang melibatkan masalah otot dan saraf yang mengontrol buang air besar:
    Impaksi feses:
    Ketika seseorang mengalami konstipasi kronis, tinja menjadi keras, dan terjebak di dalam rektum. Hal ini dapat meregangkan dan melemahkan otot-otot anus, sehingga sulit untuk menahan tinja.
    Diare:
    Tinja yang encer atau cair dapat menyebabkan dorongan mendadak untuk buang air besar, dan terkadang membuatnya sulit untuk sampai ke toilet tepat waktu.
    Wasir:
    Suatu kondisi di mana pembuluh darah yang membengkak di sekitar anus dapat menghalangi sfingter/katup (otot yang menutup anus) untuk menutup dengan benar, membuat tinja bisa bocor keluar.
    Kerusakan otot dan saraf:
    Kerusakan pada otot-otot di sekitar anus dan/atau saraf yang mengontrol otot-otot anus dapat terjadi akibat persalinan, sembelit/konstipasi kronis, stroke, diabetes, atau multiple sclerosis.
    Disfungsi dasar panggul:
    Otot-otot dasar panggul yang lemah, yang sering disebabkan oleh persalinan, dapat menyebabkan inkontinensia. Beberapa kondisi, seperti prolaps rektum (ketika rektum menonjol melalui anus) atau rektokel/rektum turun (ketika rektum menonjol ke dalam vagina) juga dapat berkontribusi pada masalah ini.

    What are the symptoms of stool incontinence?

    Stool incontinence can show up in a few different ways. Here are the common symptoms:

    Apa saja gejala inkontinensia tinja?

    Inkontinensia tinja dapat muncul dalam beberapa cara yang berbeda. Berikut adalah gejala-gejalanya yang sering muncul:
    Kebocoran yang tidak terkendali:
    Anda mungkin menemukan bahwa Anda mengalami kebocoran tinja atau gas tanpa bisa menghentikannya. Hal ini dapat terjadi saat Anda batuk, kentut, atau melakukan aktivitas fisik.
    Kebocoran yang tidak terduga:
    Anda mungkin melihat tinja di pakaian dalam Anda setelah buang air besar atau melihat noda tinja bahkan ketika Anda belum ke toilet.
    Kebutuhan mendesak:
    Terkadang, Anda mungkin merasakan dorongan kuat dan mendadak untuk buang air besar, tetapi tidak dapat menahannya cukup lama sebelum sampai ke toilet, sehingga menyebabkan tinja akhirnya keluar.
    Sensasi yang kurang:
    Anda mungkin tidak merasakan adanya dorongan untuk buang air besar atau kentut, yang dapat mengakibatkan kebocoran secara tidak terduga.
    Gejala-gejala tersebut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan bahkan berdampak pada kesehatan mental, seperti munculnya rasa malu. Penting untuk diketahui bahwa Anda tidak sendirian, dan tersedia perawatan untuk mengatasi inkontinensia tinja secara efektif. Jika Anda mengalami masalah-masalah ini, bicaralah dengan penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan bantuan yang Anda butuhkan.

    Apakah inkontinensia tinja menyebabkan rasa sakit?

    Inkontinensia tinja sendiri biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi kondisi ini biasanya disertai ketidaknyamanan atau nyeri, tergantung pada penyebabnya. Beberapa kondisi, seperti penyakit radang usus, prolaps rektum, atau sembelit berat, dapat menyebabkan nyeri perut, kram, atau ketidaknyamanan saat buang air besar. Selain itu, sering membersihkan diri dan adanya tinja pada kulit dapat menyebabkan iritasi, gatal, dan rasa sakit.
    Beberapa orang mungkin mengalami konstipasi, membuat sulit buang air besar dan frekuensinya menjadi jarang.

    What are the symptoms of stool incontinence?

    Stool incontinence can show up in a few different ways. Here are the common symptoms:

    Siapa saja yang berisiko terkena inkontinensia tinja di Singapura?

    Inkontinensia tinja dapat mempengaruhi berbagai kalangan karena faktor risiko yang berbeda-beda. Berikut adalah faktor risiko utama yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya inkontinensia tinja:
    • Usia: orang berusia di atas 65 tahun lebih mungkin mengalami inkontinensia tinja karena otot dan saraf semakin lemah seiring bertambahnya usia.
    • Jenis kelamin: wanita lebih rentan terhadap inkontinensia tinja karena adanya potensi kerusakan akibat berbagai peristiwa, seperti persalinan.
    • Konstipasi kronis: konstipasi atau sembelit yang sering menyebabkan tinja menjadi keras dan terjebak di dalam rektum, dapat melemahkan otot-otot anus.
    • Kerusakan saraf: beberapa kondisi, seperti diabetes, multiple sclerosis, dan cedera tulang belakang, dapat merusak saraf yang mengontrol buang air besar.
    • Kondisi medis yang mendasari: beberapa penyakit, seperti penyakit radang usus dan sindrom iritasi usus besar, dapat berkontribusi pada inkontinensia tinja.
    • Operasi: operasi yang pernah dijalani sebelumnya di area rektum bisa mengakibatkan kerusakan otot dan saraf yang tidak disengaja, yang menyebabkan gangguan kontrol buang air besar.
    • Faktor gaya hidup: kurang olahraga dan kebiasaan merokok dapat melemahkan otot-otot dasar panggul dan kontrol buang air besar secara keseluruhan.
    Individu yang menderita inkontinensia tinja mungkin sering juga mengalami ketidaknyamanan pada perut, seperti kram atau nyeri di perut bagian bawah.

    Bagaimana diagnosis terhadap inkontinensia tinja?

    Diagnosis terhadap inkontinensia tinja melibatkan beberapa langkah kunci, dimulai dengan mengevaluasi riwayat medis Anda, melakukan pemeriksaan fisik, dan diikuti oleh tes khusus untuk menentukan penyebabnya:
    Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik
    • Pertanyaan: dokter akan menanyakan gejala dan riwayat medis Anda untuk menentukan faktor-faktor yang mendasari penyebab inkontinensia tinja.
    • Pemeriksaan Fisik: meliputi pemeriksaan visual pada anus dan colok dubur untuk memeriksa kekuatan otot serta mengidentifikasi adanya kelainan.
    Tes Medis Utama
    • Manometri anorektal: mengukur kekuatan dan koordinasi otot-otot sfingter anus menggunakan selang fleksibel dengan balon.
    • Tes pengeluaran balon: menilai seberapa baik Anda dapat mengeluarkan balon kecil yang berisi air dari dalam rektum.
    • USG anus: memakai alat seperti tongkat/probe untuk memvisualisasikan otot-otot sfingter.
    • Proctography: gambar sinar-X atau MRI yang diambil selama buang air besar untuk mengevaluasi kapasitas dan kemampuan pengeluaran rektum.
    • Kolonoskopi: digunakan untuk memeriksa seluruh bagian usus besar dengan selang lentur berkamera.
    • MRI: memberikan visualisasi detail dari otot-otot sfingter dan fungsinya selama defekasi (proses pengeluaran feses melalui anus).
    • Tes saraf pudendal: mengevaluasi fungsi saraf yang mengontrol sfingter anus.
    • EMG: memeriksa kerusakan saraf yang mempengaruhi otot-otot sfingter.
    • Tes Darah/Tinja: mengidentifikasi infeksi yang dapat menyebabkan sering diare.
    Langkah-langkah ini membantu penyedia layanan kesehatan dalam memahami penyebab inkontinensia tinja dan merencanakan perawatan terbaik untuk Anda.

    Apa saja pilihan pengobatan untuk inkontinensia tinja di Singapura?

    CRCS Clinic menawarkan berbagai perawatan efektif untuk menangani inkontinensia tinja. Resep pengobatan akan disesuaikan dengan penyebab masalah inkontinensia tinja Anda:
    Obat-obatan:
    Seperti obat antidiare atau laksatif (pencahar) akan diresepkan untuk mengobati diare dan sembelit dalam kasus inkontinensia tinja ringan. Kemudian, Anda akan dipantau untuk menilai apakah inkontinensia tinja telah teratasi sebelum menerapkan perawatan yang lebih invasif.
    Terapi fisik:
    Jika inkontinensia tinja disebabkan oleh masalah seperti gangguan dasar panggul, Anda akan diminta memeriksakan diri ke ahli fisioterapi untuk terlebih dahulu memperkuat area yang terdampak.
    Terapi buang air:
    Anda akan dibimbing agar secara sadar menetapkan waktu tertentu dalam satu hari untuk buang air besar. Langkah ini dapat membantu Anda mendapatkan kembali kontrol dan mencegah kebocoran feses secara tidak sengaja.
    Intervensi bedah mungkin diperlukan untuk memperbaiki masalah yang mendasari, seperti prolaps rektum atau kerusakan sfingter yang disebabkan oleh persalinan. Dalam kasus tersebut, pilihan pengobatan Anda mungkin termasuk:
    Operasi Kolorektal Robotik:
    Tindakan operasi berteknologi tinggi yang menggunakan lengan robot yang dikendalikan oleh ahli bedah untuk melakukan operasi pada usus besar dan rektum. Metode ini dapat memperbaiki kerusakan dengan akurasi yang lebih baik, mempersingkat waktu pemulihan, dan meningkatkan fungsi usus.
    Operasi Kolorektal Laparoskopi:
    Operasi minimal invasif yang menggunakan sayatan kecil dengan kamera sebagai pemandunya. Prosedur ini menyebabkan lebih sedikit rasa sakit dan memiliki waktu pemulihan yang lebih singkat, yang dapat dengan cepat meningkatkan fungsi dan kontrol buang air besar.
    Transanal Endoscopic Microsurgery (TEMS/TEO) & Minimally Invasive Surgery (TAMIS):
    Operasi khusus yang dilakukan melalui anus untuk mengangkat tumor atau memperbaiki kerusakan. Teknik tersebut memungkinkan pengangkatan atau perbaikan yang efektif dengan kerusakan minimal pada jaringan di sekitarnya, sehingga meningkatkan kontrol terhadap buang air besar dan mengurangi gejala.
    Stoma:
    Suatu prosedur bedah yang menciptakan bukaan (stoma) di perut untuk mengalihkan tinja ke dalam kantong. Untuk kasus yang parah, prosedur ini dapat memberikan solusi permanen, melewati bagian-bagian sistem pencernaan yang rusak untuk mencegah inkontinensia secara utuh.
    Setiap perawatan tersebut menargetkan penyebab dan aspek yang berbeda dari inkontinensia tinja, yang bertujuan untuk meningkatkan kontrol usus dan kualitas hidup pasien secara keseluruhan. Hubungi kami sekarang guna menjadwalkan konsultasi dan menemukan perawatan yang tepat untuk kebutuhan Anda. Bertindak sekarang dapat mengarah pada kehidupan sehari-hari yang lebih nyaman dan terkendali.

    Pertanyaan yang Sering Ditanyakan

    Beberapa kasus inkontinensia tinja dapat diobati secara efektif dan bahkan diatasi dengan pendekatan yang tepat. Namun, dalam kasus lain, mungkin diperlukan pengelolaan berkelanjutan untuk menjaga gejala tetap terkendali. Keberhasilan pengobatan sangat bergantung pada penyebab inkontinensia dan metode pengobatan yang dipakai.

    Penyesuaian pola makan dengan mengonsumsi lebih banyak serat, berolahraga secara teratur, dan menghindari makanan yang mengiritasi usus, dapat membantu mengelola gejala. Menjaga berat badan yang sehat dan melakukan latihan dasar panggul juga bermanfaat dalam meningkatkan kontrol buang air besar.

    Jika Anda sering mengalami inkontinensia tinja atau jika hal tersebut sangat memengaruhi kehidupan Anda sehari-hari, penting untuk segera mencari bantuan medis. Perawatan dini dapat memberikan hasil yang lebih baik dan mencegah kondisi semakin buruk. Jangan ragu untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan jika inkontinensia sudah memengaruhi kualitas hidup Anda.

    Lokasi

    Colorectal Care Specialists (CRCS)

    3 Mount Elizabeth, #14-15, Mount Elizabeth Medical Centre, Singapore 228510

    Bicara dengan Kami!

      Mon to Fri : 8.30 am to 6.30 pm

      Sat : 8.30 am to 2.00 pm

      +65 6738 0328
      +65 9725 2381
      Copyright © 2024 Colorectal Care Specialists
      phone-handsetmap-markerclock