Memahami Nyeri Ulu Hati dan Penyakit Asam Lambung (GERD)
Ditulis oleh: TheCRCS
January 17, 2025
Ditulis oleh: Dr. Ronnie Mathew, Konsultan Senior Bedah, CRCS
Apa itu Nyeri Ulu Hati, dan bagaimana kondisi ini bisa terjadi?
Nyeri ulu hati adalah sensasi terbakar di perut atau dada bagian bawah yang naik ke leher. Pada dasarnya, kondisi ini disebabkan oleh penyakit asam lambung (GERD), yang juga disebut esofagitis refluks.
Mulut dan perut terhubung oleh kerongkongan (saluran makanan). Di ujung kerongkongan, tempat perut terhubung, terdapat katup yang disebut sfingter esofagus bawah (LES). LES adalah otot melingkar yang hanya terbuka saat Anda menelan, bersendawa, atau mengalami cegukan. Katup ini akan menutup kembali untuk mencegah asam lambung naik ke kerongkongan. Naiknya asam lambung terjadi ketika LES melemah atau mengendur, seperti setelah makan berat. Meskipun LES biasanya juga mengendur untuk sementara, GERD sering terjadi ketika LES melemah.
GERD (gastroesophageal reflux disease) adalah kondisi kronis di mana isi lambung (terutama asam, empedu, dan pepsin) naik kembali ke kerongkongan (saluran makanan) dan mengiritasi lapisan ujung bawah kerongkongan. Gejala yang paling menonjol adalah nyeri ulu hati dan regurgitasi asam. Gejala orofaring dan/atau saluran pernapasan atipikal bisa terjadi, seperti suara serak, batuk, asma, dan erosi gigi.
Nyeri ulu hati terjadi ketika asam lambung mengiritasi lapisan kerongkongan, menyebabkan peradangan dan sensasi terbakar di dada.
Seberapa umumkah kondisi Nyeri Ulu Hati?
GERD memengaruhi 10-30% populasi orang dewasa di berbagai negara maju. Meskipun nyeri ulu hati/GERD dapat terjadi di segala usia, tingkat prevalensinya akan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah 40 tahun. Kondisi ini sedikit lebih sering terjadi pada wanita.
Apa saja penyebab Nyeri Ulu Hati/GERD?
Adanya cairan asam lambung dalam jumlah tertentu adalah normal, karena ada mekanisme perlindungan alami pada kerongkongan bagian bawah. Penyakit asam lambung (GERD) menggambarkan refluks asam yang berkepanjangan atau berlebihan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem perlindungan ini melalui radang kerongkongan (esofagitis).
Beberapa faktor yang dapat memicu asam lambung, antara lain:
Peningkatan tekanan pada rongga perut
Rokok, alkohol, lemak, cokelat, kopi
Kehamilan
Obesitas
Stres dan kecemasan
Pakaian ketat
Makan besar
Operasi pada akalasia kardia
Sklerosis sistemik
Hernia hiatal (kondisi lemahnya sfingter di ujung bawah kerongkongan/saluran makan)
Riwayat keluarga
Obat-obatan (termasuk obat penghambat alfa, antikolinergik, benzodiazepine, penghambat beta, bisfosfonat, penghambat saluran kalsium, kortikosteroid, obat anti inflamasi non-steroid, nitrat, teofilin, dan antidepresan trisiklik)
Sebagian besar faktor predisposisi ini dapat meningkatkan tekanan pada rongga perut. Makanan berlemak dapat menunda pengosongan lambung. Obat-obatan yang tercantum di atas dan kebiasaan merokok dapat mengendurkan tonus sfingter di ujung bawah kerongkongan (yang juga disebut sfingter esofagus bawah atau sfingter jantung). Perlu dicatat bahwa tidak ada bukti keterkaitan antara infeksi bakteri Helicobacter pylori (yang menyerang lambung, memicu gastritis, dll.,) dengan GERD.
Cairan empedu sangat kaustik (merusak), dan refluks di dalam usus kecil lebih merepotkan daripada di dalam lambung saja. Ada sedikit korelasi antara tingkat keparahan gejala dan temuan selama endoskopi.
Apa saja gejala Penyakit Asam Lambung?
Anda juga bisa terkena GERD jika mengalami beberapa gejala berikut:
Nyeri ulu hati
Kembalinya makanan ke tenggorokan
Sensasi adanya benjolan di tenggorokan
Mual
Kesulitan menelan
Regurgitasi (kembalinya cairan dari lambung atau kerongkongan ke mulut)
Gejala pernapasan: batuk kronis, sesak napas, mengi
Laringitis
Sakit tenggorokan
Nyeri dada yang tidak terkait dengan jantung
Nyeri/ketidaknyamanan perut bagian atas
Bagaimana diagnosis terhadap GERD?
Seorang dokter spesialis (misalnya, dokter bedah umum/bedah pencernaan/gastroenterolog) perlu melakukan penilaian secara lengkap terhadap gejala dan riwayat yang relevan, diikuti dengan pemeriksaan fisik. Kemudian, mereka akan memutuskan untuk melakukan prosedur diagnostik, seperti:
Endoskopi Gastrointestinal Atas (Oesophago-Gastro-Duodenoscopy, OGD): prosedur diagnostik yang dilakukan dengan memasukkan selang endoskop melalui mulut untuk memeriksa bagian dalam kerongkongan, lambung, dan sebagian usus kecil secara lebih dekat.
Barium Swallow: jenis rontgen yang dilakukan dengan cara menelan cairan kapur (barium) dan visualisasi kerongkongan diambil saat Anda menelan cairan tersebut.
Manometri Esofagus: prosedur ini menggunakan sensor tekanan yang ditanamkan dalam tabung nasogastrik untuk mengukur aktivitas otot di kerongkongan dan menentukan apakah LES berfungsi dengan baik.
Tes pH Esofagus: mengukur kandungan asam di kerongkongan.
Apakah makanan tertentu dapat memperburuk Asam Lambung?
Jika terdapat LES (katup di ujung bawah kerongkongan) yang melemah, makanan tertentu dapat memicu asam lambung. Makanan tersebut antara lain:
Minuman tertentu, seperti alkohol, kopi, minuman berkarbonasi/soda, dan teh.
Buah dan sayuran tertentu, seperti nanas, jeruk, tomat, bawang putih, dan bawang bombay.
Makanan tinggi lemak.
Makanan pedas.
Perubahan gaya hidup apa saja yang dapat membantu mengurangi gejala Nyeri Ulu Hati/GERD?
Perubahan gaya hidup tertentu dapat membantu mengatasi gejala nyeri ulu hati/GERD:
Makan secara perlahan dan makan dalam porsi kecil, tetapi lebih sering.
Mengurangi konsumsi makanan yang dapat memicu asam lambung.
Memposisikan kepala Anda lebih tinggi dari badan saat tidur. Bantal tambahan bisa dipakai untuk menaikkan bagian kepala tempat tidur Anda.
Mengenakan pakaian longgar saat tidur, agar menghindari tekanan pada perut Anda.
Selesaikan makan malam Anda setidaknya tiga jam sebelum tidur.
Menjaga berat badan ideal. Turunkan berat badan jika Anda kelebihan berat badan.
Kurangi konsumsi alkohol.
Berhenti merokok.
Bagaimana perawatan dan pengobatan terhadap GERD?
Ada berbagai variasi perawatan untuk membantu mengobati gejala GERD:
Perubahan gaya hidup:
Seperti yang sudah disebutkan di atas, mengadopsi perubahan gaya hidup positif, seperti mengonsumsi makanan yang sehat dan mengurangi alkohol, dapat membantu mengelola gejala GERD.
Obat-obatan:
Antasida: menetralkan asam yang sudah ada di dalam perut.
Alginat: membantu menciptakan penghalang antara asam lambung dan kerongkongan karena kandungan alginat mengapung di atas cairan asam lambung.
Penghambat pompa proton (PPI): mengurangi sekresi asam ke dalam perut.
Antagonis H2 (histamine 2 blocker): mengurangi sekresi asam ke dalam perut.
Potassium-competitive acid blocker: mengurangi sekresi asam ke dalam perut.
Baclofen: bermanfaat untuk mengurangi kejang otot dan frekuensi relaksasi sfingter esofagus bawah, sehingga menurunkan risiko asam lambung.
Prokinetik: berguna untuk memperkuat sfingter esofagus bawah dan membantu pengosongan lambung yang lebih cepat.
Catatan: obat-obatan medis juga memiliki efek samping dan interaksi dengan obat lain. Silakan konsultasikan ke penyedia layanan kesehatan sebelum Anda mengonsumsi obat apa pun.
Fundoplikasi adalah prosedur bedah untuk mengatasi GERD yang melibatkan pembungkusan lambung di sekitar kerongkongan, dengan metode yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan setiap orang.
Prosedur Operasi
Jika pengelolaan gaya hidup dan konsumsi obat-obatan tidak mampu mengendalikan gejala GERD, tindakan operasi untuk penyakit asam lambung (GERD) dapat dipertimbangkan. Pilihan tindakan operasi dengan beberapa prosedur yang berbeda, meliputi:
Fundoplikasi: sebuah prosedur operasi di mana bagian atas lambung dibungkus di persimpangan kerongkongan dan lambung. Cara ini menciptakan mekanisme sejenis katup baru yang mencegah asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan. Prosedur ini sering dilakukan melalui laparoskopi (sayatan kecil) dan dengan bantuan monitor video. Ada tiga jenis utama dari fundoplikasi:
Fundoplikasi Nissen
Fundoplikasi Anterior/Dor
Fundoplikasi Toupet
Transoral incisionless fundoplication (TIF): prosedur yang dilakukan dengan merekonstruksi katup antara lambung dan kerongkongan.
LINX Reflux Management System: prosedur minimal invasif ini dilakukan dengan memasang cincin magnetik kecil di sekitar sfingter esofagus bawah. Cincin tersebut membantu menjaga sfingter tetap tertutup sehingga mencegah isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan.
Jika Anda memiliki pertanyaan terkait nyeri ulu hati, refluks asam, atau GERD, segera hubungi kami untuk mendapatkan jawabannya.
Penting: harap diperhatikan bahwa informasi yang diberikan di sini tidak bersifat spesifik dan dimaksudkan hanya untuk wawasan umum. Informasi ini bukanlah panduan penanganan atau pengobatan kondisi apa pun dan tidak menggantikan informasi dari tenaga kesehatan profesional. Silakan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional untuk informasi dan panduan lebih lanjut.
Cheung KS, Leung WK; Long-term use of proton-pump inhibitors and risk of gastric cancer: a review of the current evidence. Therap Adv Gastroenterol. 2019 Mar 11;12:1756284819834511. doi: 10.1177/1756284819834511. eCollection 2019.
Feinle-Bisset C, Azpiroz F; Dietary and lifestyle factors in functional dyspepsia. Nat Rev Gastroenterol Hepatol. 2013 Mar;10(3):150-7. doi: 10.1038/nrgastro.2012.246. Epub 2013 Jan 8.
Garg SK, Gurusamy KS; Laparoscopic fundoplication surgery versus medical management for gastro-oesophageal reflux disease (GORD) in adults. Cochrane Database Syst Rev. 2015 Nov 5;(11):CD003243. doi: 10.1002/14651858.CD003243.pub3.
Gyawali CP, Yadlapati R, Fass R, et al; Updates to the modern diagnosis of GERD: Lyon consensus 2.0. Gut. 2024 Jan 5;73(2):361-371. doi: 10.1136/gutjnl-2023-330616.
Liu L, Li S, Zhu K, et al; Relationship between esophageal motility and severity of gastroesophageal reflux disease according to the Los Angeles classification. Medicine (Baltimore). 2019 May;98(19):e15543. doi: 10.1097/MD.0000000000015543.
Katz PO, Dunbar KB, Schnoll-Sussman FH, et al; ACG Clinical Guideline for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease. Am J Gastroenterol. 2022 Jan 1;117(1):27-56. doi: 10.14309/ajg.0000000000001538.
Krause AJ, Walsh EH, Weissbrod PA, et al; An update on current treatment strategies for laryngopharyngeal reflux symptoms. Ann N Y Acad Sci. 2022 Apr;1510(1):5-17. doi: 10.1111/nyas.14728. Epub 2021 Dec 17.
Nencioni M, Asti E, Saino G, et al; Magnetic oesophageal sphincter for the treatment of gastro-oesophageal reflux disease: results of a prospective clinical trial. Chir Ital. 2009 Mar-Apr;61(2):187-92.
Ness-Jensen E, Hveem K, El-Serag H, et al; Lifestyle Intervention in Gastroesophageal Reflux Disease. Clin Gastroenterol Hepatol. 2016 Feb;14(2):175-82.e1-3. doi: 10.1016/j.cgh.2015.04.176. Epub 2015 May 6.
Sigterman KE, van Pinxteren B, Bonis PA, et al; Short-term treatment with proton pump inhibitors, H2-receptor antagonists and prokinetics for gastro-oesophageal reflux disease-like symptoms and endoscopy negative reflux disease. Cochrane Database Syst Rev. 2013 May 31;(5):CD002095. doi: 10.1002/14651858.CD002095.pub5.
Yuan LZ, Yi P, Wang GS, et al; Lifestyle intervention for gastroesophageal reflux disease: a national multicenter survey of lifestyle factor effects on gastroesophageal reflux disease in China. Therap Adv Gastroenterol. 2019 Sep 25;12:1756284819877788. doi: 10.1177/1756284819877788. eCollection 2019.